Jakarta, Netizen Berisik –ÂPresiden Joko Widodo terkesan ingin menghapus kesan kolonial yang selama ini melekat pada masa jabatannya sebagai Kepala Negara.
Upaya ini direalisasikan dengan pembangunan Istana Negara dan Istana Garuda di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur (Kaltim).
Istana-istana ini merupakan tempat kediaman presiden yang dibangun sendiri, tanpa merenovasi bangunan peninggalan Belanda yang ada di Indonesia.
Saat ini, lima dari tujuh Istana Kepresidenan di Indonesia merupakan peninggalan Belanda.
Presiden Jokowi pun beraktivitas sehari-hari di Istana Merdeka Jakarta dan Istana Negara Jakarta, serta menggunakan Istana Kepresidenan Bogor untuk menerima tamu negara dan Istana Kepresidenan Yogyakarta untuk kunjungan resmi.
“Bau kolonial”
Jokowi menyinggung “bau kolonial” saat membanggakan pembangunan Istana Negara di IKN kepada para Kepala daerah seperti gubernur, bupati, dan wali kota di IKN, Selasa (13/8/2024).
Dia mengungkapkan bahwa Istana yang dia tempati setiap hari, dulunya merupakan kediaman Gubernur Jenderal Belanda saat masa penjajah, seperti Pieter Gerardus van Overstraten di Istana Negara, Johan Wilhelm van Lansberge di Istana Merdeka, dan GW Baron van Imhoff di Istana Bogor.
“Saya hanya ingin menyampaikan bahwa itu sekali lagi, Belanda. Bekas gubernur jenderal Belanda, dan sudah kita tempati 79 tahun. Bau-baunya kolonial, selalu saya rasakan setiap hari. Dibayang-bayangi (masa kolonial),” kata Jokowi.
Bukan hanya sekali
Masalah bangunan peninggalan Belanda ini juga pernah disampaikan Jokowi pada 1 Maret 2024 di IKN.
Saat itu, Jokowi menyampaikan keinginannya untuk memiliki gedung presiden yang bukan merupakan peninggalan kolonial. Jika dilihat, desain bangunan di istana-istana yang ada memang lekat dengan Belanda.
Ruangan-ruangan nampak didesain tinggi dengan banyak jendela besar dan pilar-pilar beton yang mengelilinginya. Pun dindingnya yang tebal di atas rata-rata, serta dilengkapi dengan halaman luas.
“Sekarang ini memang kita ingin memiliki gedung presiden yang bukan peninggalan dari kolonial. Kita bangun sendiri dengan bahan-bahan produk kita sendiri, dilakukan oleh anak-anak bangsa sendiri, dan ini akan menimbulkan sebuah kebanggaan harga diri,” kata Jokowi saat meresmikan peletakan baru pertama BPJS Kesehatan di IKN, 1 Maret 2024.
Kepala Negara mengakui, bangunan era kolonial ini sering dipuji oleh tamu negara, tetapi dia merasa tidak bisa membalas pujian tersebut karena bangunan-bangunan itu adalah peninggalan Belanda.
“Kadang-kadang kalau saya mendapat tamu entah Presiden, entah Perdana Menteri masuk ke Istana kita, kemudian PM-nya bertanya ‘wah gedungnya bagus ya’. Saya enggak bisa jawab apa-apa, karena memang itu adalah peninggalan dari kolonial Belanda,” tuturnya.
“Di Bogor juga sama, di Yogya juga sama, Cipanas juga sama. Inilah sebetulnya salah satu hal yang ingin kita kerjakan, sehingga kita punya kebanggaan terhadap diri kita sendiri, kepribadian dalam kebudayaan,” imbuh Jokowi.
Disinggung para menteri
Isu bangunan peninggalan kolonial ini juga disinggung oleh para menteri, termasuk Menteri Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Hadi Tjahjanto.
Hal ini dikatakannya saat meninjau progres pembangunan Istana Negara di IKN pada 7 Agustus 2024.
Hadi menyebutkan bahwa Istana Negara di IKN adalah karya putra bangsa, sementara Istana Negara di Jakarta merupakan peninggalan kolonial Belanda.
“79 tahun kita menunggu untuk memiliki satu istana yang luar biasa ini, istana di Jakarta adalah peninggalan kolonial, dan ini adalah peninggalan putra bangsa,” kata Hadi.
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi juga menyinggung Istana Jakarta sebagai peninggalan kolonial pada 31 Juli 2024.
Dia menjelaskan alasan mengapa 500 relawan ingin berkumpul di IKN bersama Presiden Jokowi, yaitu agar semua pihak menyadari bahwa pemindahan ibu kota adalah bagian penting dari pembangunan Indonesia untuk masa depan.
Apalagi, ibu kota baru merupakan warisan (legacy) Presiden Jokowi.
“IKN ini kan bagian dari program legacy Pak Jokowi, yang menurut hemat kami ini merupakan bagian dari komitmen pembangunan Indonesia sentris. Karena Istana kita Istana di Indonesia ini semuanya produk kolonial. Kita bikin istana sendiri di Nusantara,” tutur dia.