Jakarta, Netizen Berisik –Ara bingung tak tahu lagi harus berbuat apa. Mimpinya memperbaiki nasib dengan menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) pupus lantaran guru honorer berusia 28 tahun ini tidak bisa mengajar di sekolah usai Data Pokok Pendidikan (Dapodik) miliknya dinonaktifkan sepihak. Bahkan untuk mengajar di sekolah swasta sekalipun.

Ara merupakan satu dari ratusan guru honorer di Jakarta yang terdampak kebijakan cleansingÂatau pembersihan. Guru honorer yang mengajar mata pelajaran (Mapel) Bahasa Inggris ini diberhentikan sepihak dan hanya disampaikan secara lisan melalui kepala sekolah pada Mei 2024 lalu.

“Kalau orang-orang baru cleansing ini pas 8 Juli, kalau saya (saat pengurusan) PPPK masuk itu Mei. Jadi 30 April ada PPPK baru, nah itu kan ada dua, kebetulan yang satu mapel Bahasa Inggris, di sekolah saya mapel Bahasa Inggris ada 4 sudah pas, tiba-tiba datang diminta sama kepala sekolah saya, saya sudah enggak di sana lagi,” kata Ara saat dihubungi, Rabu 17 Juli 2024.

Menurut Ara, guru honorer yang terkena cleansingÂtergantung kebijakan dari sekolah. Ia mengaku sempat meminta agar dipindahkan ke mata pelajaran lain, namun tak bisa dipenuhi. “Tapi kepala sekolah enggak mau, dia bilangnya takut ada temuan atau apalah gitu,” katanya.

Setelah pemberhentian sepihak itu, Dapodik milik Ara juga telah nonaktif. Padahal saat itu dia sudah meminta agar Dapodik miliknya tidak dinonaktifkan agar bisa mengajar di sekolah lain.

“Saya langsung keluar hari itu juga dan terus saya sudah dapat sekolah di SD di Kedoya Utara, nah dari kepala sekolah yang baru bilang Dapodiknya jangan di-off-kan dulu karena dia enggak bisa narik data saya,” katanya.

“Terus saya izin ke kepala sekolah saya yang sekolah pertama, dia mengizinkan tidak di-off-kan. Tapi pas saya cek itu Dapodik saya sudah dinonaktifkan sama operator,” sambung Ara.

Ara bingung Dapodik miliknya sebagai salah satu syarat mengajar di sekolah negeri tidak aktif lagi. Guru honorer perempuan ini mengaku, sudah sempat menghubungi pihak terkait untuk meminta mengaktifkan dapodiknya. Sayangnya tak ada respons baik dari pihak yang dimaksud.

Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Iman Zanatul Haeri mengatakan, ratusan guru honorer di Jakarta diputus kontraknya secara sepihak dengan dalih adanya cleansing atau pembersihan. Per Selasa 16 Juli 2024, total sudah ada 107 guru honorer Jakarta yang dipecat.

“Sudah kami terima sudah masuk 107. Seluruh Jakarta dari tingkat SD, SMP, SMA,” kata Iman dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (17/7/2024).

Menurut Iman, pemberitahuan cleansing guru honorer itu dibagikan dalam bentuk formulir pada 5 Juli 2024. Padahal saat itu merupakan minggu pertama masuk sekolah negeri tahun ajaran 2024/2025 di Jakarta.

“Para guru honorer mendapatkan pesan honor, yaitu bahwa mereka sejak hari pertama masuk menjadi hari terakhir berada di sekolah. Selain itu, kepala sekolah mengirimkan formulir cleansing guru Honorer kepada para guru honorer agar mereka isi,” ungkap Iman.

Bagai petir di siang bolong, 100 lebih guru honorer ini merasa sangat terpukul dengan adanya pemberitahuan mendadak soal pemberhentian mereka. Apalagi tak sedikit yang tengah berjuang memperbaiki statusnya menjadi guru PPPK.

“Mereka shock, ada yang sudah mengajar 6 tahun atau lebih. Mereka sebenarnya sedang menunggu seleksi PPPK 2024, namun jika diberhentikan seperti ini kesempatan mereka untuk ikut PPPK juga hilang,” ujar Iman.

Dia mengkritik kebijakan cleansing guru honorer ini tidak sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kata dia, penyelenggaraan kebijakan ASN harusnya berlandaskan asas kepastian hukum, profesionalitas, proporsionalitas, dan keterbukaan.

“Pemberdayaan guru harus dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia (HAM),” ucap Iman menandaskan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *